Festival Bekudo Bono Menuju Panggung Wisata Dunia,Bono Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

  • Bagikan

 

RIAUDETIL.COM,PELALAWAN  – Festival Bekudo Bono Event olahraga surfing yang berbasiskan budaya dengan menggabungkan olahraga surfing modern dan surfing tradisional yang dilakukan di atas gelombang sungai yang cukup unik dan baru hanya ditemukan di Provinsi Riau yang dinamakan Gelombang Bono, Bono merupakan ombak yang tercipta di daerah muara Sungai Kampar karena pertemuan arus dari sungai dan laut. Tinggi gelombang bisa mencapai 10 meter lebih pada bulan ini karena pengaruh bulan purnama.

Festival Bekudo Bono pada tahun 2022 ini kembali digelar setelah dua tahun absen akibat wabah Covid-19. Pada tahun ini, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar hadir dan membuka acara bersama dengan Bupati Pelalawan H.Zukri bertemoat di Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan, Jum’at (11/11/2022).

Tampak hadir dalam festival Bekudo Bono (Bono Surfing) 2022 antara lain Gubernur Riau H. Syamsuar, Bupati Pelalawan H. Zukri beserta istri, Wakil Bupati Pelalawan Nasarudin beserta istri, Kapolres Pelalawan AKBP Guntur Muhammad Tariq, Anggota DPRD Propinsi Riau Sewitri, Kepala Basarnas Propinsi Riau, I Nyoman Sidakarya, Camat Teluk Meranti Raja Eka Putra,pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pelalawan,perwakilan perusahaan, para surfer manca ngegara dan lokal,serta seluruh para tamu undangan.

Gubernur Riau Syamsuar mengaku ada banyak harapan yang ingin disampaikan, mengingat gelombang Bono. Wisata ini sudah semestinya menjadi ikon baru pariwisata Provinsi Riau dan Indonesia.
Ia menjelaskan, kurangnya dukungan dari berbagai pihak menjadi salah satu persoalan yang dihadapi wisata Bono. Padahal, kini kawasan ini masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Bono.
“Kita harus bersinergi untuk mengembangkan pariwisata Bono ini. Harus ada pihak swasta yang bisa kita gandeng untuk pengembangan kawasan Bono ini. Kawasan Mandalika atau Bintan di Kepulauan Riau (Kepri) yang berkembang karena dukungan pemerintah pusat dan juga pihak swasta,” ujar Syamsuar.
Menurunya, pengembangan kawasan pariwisaya Bono di Sungai Kampar dan Teluk Meranti tidak bisa hanya mengandalkan keuangan daerah, baik kabupaten atau provinsi.

“Dengan demikian kita harus bersama-sama bersinergi untuk mengembangkan kawasan wisata,” ungkap Syamsuar.
Selain itu, Syamsuar juga menyarankan agar Festival Bekudo Bono didukung atau digandeng dengan acara-acara lain, sehingga wisatawan tidak hanya bisa melihat ombak Bono, tetapi juga menikmati berbagai acara menarik.
“Diharapkan dengan adanya Festival Bekudo Bono ini wisatawan semakin tertarik untuk datang ke Teluk Meranti ini,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Pelalawan Zukri mengatakan, pihaknya sangat serius membangun kawasan pariwisata Bono dengan menyiapkan lahan sekitar 600 hektar.
Ia mengatakan, tahun depan juga akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 15 miliar untuk membangun turap Sungai Kampar, tempat di mana gelombang Bono sering muncul.
“Ini sangat penting untuk mengantisipasi abrasi akibat besarnya gelombang Bono. Sudah banyak rumah maupun bangunan yang hancur akibat abrasi ini,” ujar Zukri.
Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau sudah membangun jalan lintas Bono. Pembangunan masih kurang 10 kilometer (km) lagi.


Adapun Festival Bekudo Bono didatangi para peselancar dari berbagai negara, mulai dari Inggris, Kuwait, Singapura, Rusia, hingga Australia.
Gelombang Bono akan mencapai puncaknya pada Jumat (11/11/2022) dan Sabtu (12/11/2022). Banyak wisatawan yang bahkan rela tidur di tenda-tenda demi melihat gelombang yang disebut dengan sebutan Seven Ghost itu.
Objek wisata Bono di Desa Teluk Meranti, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan, kini bukan hanya jadi destinasi wisata lokal, tetapi manca negara yang sudah mendunia.

Ombak Bono atau gelombang Bono terjadi akibat pasang laut masuk ke sungai atau muara yang sempit berbentuk corong. Energi pasang laut menciptakan ombak tinggi di sungai dan dapat berjalan sepanjang 40 kilometer. Tinggi gelombang bono tergantung musim, terutama saat menjelang purnama.

Bono merupakan gelombang sungai terbaik dari lima lokasi di dunia. Nomor dua berada di Sungai Qiantang yang membelah Provinsi Haining, China, yang diberi sebutan Naga Perak. Lalu di Sungai Araguari, Apama, Brasil; Gloucertershire di Inggris; dan Cook Inlet di Alaska, Amerika Serikat (AS).

Kini untuk menjangkau wisata ini sudah sangat mudah. Dari sisi georafis, daerah kebaradaan ombak Bono, yakni Kabupaten Pelalawan hanya berjarak sekitar 60 Kilometer ini dapat ditempuh sekitar 1,5 Jam perjalanan darat dari ibukota Provinsi Riau.
Di sektor wisata ini, atau yang dikenal Pelalawan Eksotis, Pemkab Pelalawan menjadi objek wisata Bono menjadi primadona, selain objek wisata lainnya seperti Istana Sayap Pelalawan, Tugu Equator di Pangkalan Lesung, Pusat Budaya Petalangan di Betung, Taman Nasional Tesso Nilo di Ukui, serta pemandian air panas di Pangkalan Lesung, objek wisata Danau Tajwid atau Kajuid yang berlokasi di Kecamatan Langgam dan lain-lainnya.

Gelombong Bono menjadi target pengembangan karena memang wisata ini mempunyai satu keunikan yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia juga di dunia. Selain itu juga Gelombang Bono atau yang lazim disebut Bekudo Bono oleh warga masyarakat tempatan ini diduga juga mempunyai unsur magis dengan mempunyai 7 tingkat gelombang. “Seven Ghost,” ujar peselancar top dunia saat menjajal kemampuannya di Gelombong Bono Sungai Kampar setiap tahunnya.

Melihat hal tersebut tentunya Pemerintah Kabupaten Pelalawan mulai memikirkan untuk dapat menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara agar dapat berkunjung sekaligus menyaksikan kemolekan dan keindahan fenomena yang terjadi di alur sungai ini.

Dengan ini Pemerintah Kabupaten Pelalawan terus melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan gelombang bono dimulai dari dalam negeri hingga ke mancanegara. Setiap ada kesempatan gelombang bono tetap menjadi prioritas pemerintah untuk ditawarkan.

Salah satu cara promosi yang dilakukan pemerintah kabupaten pelalawan dengan secara berkala menggelar even seni dan budaya guna menambah daya tarik pengunjung. Promosi yang setiap tahun dilaksanakan disaat pasang mati, dimana air laut naik menuju daratan terjadi saat bulan-bulan November dan Desember adalah dengan menggelar “Bekudo Bono”.

Acara ini meramu sejumlah kegiatan dengan ikon wisata seperti menampilkan seni dan budaya kabupaten/kota Se-Provinsi Riau, kemudian acara lomba mancing dan tentu saja lomba berselancar dengan berbagai kategori, baik tingkat lokal maupun nasional. Selain itu, ada juga lomba fotografi yang diharapkan menghasilkan momen-momen eksotik dari gelombang bono nan asri dan memukau

Bono Sungai Kampar merupakan rahasia alam dan fenomena alam yang unik yang berada di kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Bono Sungai Kampar memiliki suara menderu yang dasyat . Ombak Bono Sungai Kampar merupakan gelombang yang panjang yang panjangnya mampu mencapai 60km dengan kecepatan rata-rata  40 km per jam dengan ketinggian gelombang mencapai 6meter.

Pemerintah kabupaten pelalawan dan pemerintah pusat melalui kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berusaha mempromosikan Bono Sungai Kampar menjadi Ikon Wisata Alam di Indonesia. Bahkan pemerintah Pusat dan daerah khususnya Kabupaten pelalawan  berkomitmen untuk mewujudkan Wisata Bono menjadi Wisata Tujuan Internasional.

Fenomena ombak bergulung-gulung lazimnya bisa kita lihat di perairan sekitar pantai atau beberapa ratus meter menuju bibir pantai. Tapi tidak demikian halnya di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Di sungai itu, kita bisa menjumpai ‘bono’. Ini adalah sebuah fenomena alam berupa ombak besar bergulung-gulung di sungai. Hal ini bisa terjadi lantaran adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat air pasang (tidal bore).
ombak bono di Sungai Kampar dikatakan besar karena bisa mencapai ketinggian 4-5 meter dan bergerak dari muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Mentangor.

Jarak yang ditempuh bono ini adalah sejauh 50-60 km menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dengan kecepatan rata-rata 40 km per jam. Semakin menjauh dari muara, maka tinggi ombak akan semakin mengecil tak lebih dari 70 cm hingga 1 meter.
Festival Bekudo Bono merupakan event tahunan yang memikat puluhan surfer, tak hanya dari Indonesia tapi juga Australia hingga Amerika beradu kebolehan menari di atas gelombang Sungai Kampar. Satu hari sebelum event, peselancar, dewan juri, dan team lokal yang berada di Teluk Meranti melakukan survei jalur selancar.
Survei ini dilakukan hingga ke Tanjung Pebila. Sebuah tanjung yang  berada di belakang pulau Muda, tempat dimana gelombang bono masuk dari Selat Malaka. Jarak Tanjung Pebila ke Teluk Meranti satu jam 30 menit menggunakan speed boat. Disini, sungai Kampar sudah selebar kurang lebih 1.5 km.


Point selancar di gelombang bono dapat dimulai dari  Pulau Muda, Tanjung Pebila, Suak Tunggal,  Muara Sungai Serkap, tempat dimana seventh ghost bisa dilihat. Julukan Seventh ghost diberikan Rip Curl saat membuat film selancar di bono. Kemudian ke Block F,  Tanjung Sendok,  Teluk Rimba Putus, dan Teluk Meranti. Teluk Meranti adalah finish dari gelombang bono.
Selama kurang lebih dua jam para peselancar menari diatas gelombang. Tinggi gelombang pada saat survei kurang lebih 2 meter dengan lebar gelombang mengikuti sungai.  Perlombaan bekudo bono dibagi atas kelas professional dan lokal. Untuk lokal, mereka bermain di Teluk Rimba Putus yang berjarak kurang lebih 30 menit dari Teluk Meranti.
Peselancar professional biasanya beraksi di Tanjung Pebila, menyambut gelombang Bono yang mulai datang pukul 10.30.  Mereka turun ke sungai dengan diringi oleh jet ski dan rigid boat, dua moda trasportasi air ini berfungsi sebagai rescue.
Satu setengah jam mereka silih berganti menari diatas gelombang. Sistem bermain di bono adalah drop in drop off. Tidak semua gelombang bisa dimainkan. Saat gelombang bagus, peselancar akan diantar ke gelombang, jika mereka jatuh, peselancar akan dijemput.
Sebuah upaya pemecahan rekor dunia berselancar terlama juga pernah terpecahkan sebanyak dua kali di bono Sungai Kampar. Upaya pertama dilakukan oleh peselancar dunia asal Inggris, Steve King pada 15 Februari 2013. Saat itu ia bersama dua rekannya Steve Holmes dan Nathan Maurice berlomba adu ketangkasan “menunggangi” bono setinggi empat meter sejauh 12,3 km selama 1 jam 13 menit.

Rekor King kemudian dapat dipatahkan oleh juara dunia asal Australia, James Cotton ketika mampu mengikuti ombak bono setinggi 3,5 meter hingga sejauh 17,2 km selama 1 jam 20 menit. Rekor dunia itu tercatat dalam Guinness Book of The World Record.

Tak mau kalah, peselancar perempuan Indonesia Gemala Hanafiah pun pernah mencetak rekor unik ketika dirinya dan 30 peselancar nasional dan mancanegara mencoba menaklukkan Si Gelombang Tujuh Hantu secara bersama-sama. Menurut Gemala, peristiwa ini tidak akan bisa mereka lakukan di laut.
Bagi kita yang tak memiliki hobi berselancar, bukan berarti tak bisa menikmati deru ombak bono. Seperti juga masyarakat setempat, kita juga bisa menyaksikan fenomena alam ini di Desa Teluk Meranti dekat muara Sungai Serkap (anak Sungai Kampar) atau di Desa Pulau Muda.

Di kedua desa ini biasanya masyarakat akan mendaki beberapa bukit kecil agar bisa melihat ombak bono yang datang bergulung-gulung menuju daratan di sekitar. Untuk menuju ke lokasi bono Sungai Kampar kita bisa melakukan perjalanan darat selama empat jam dari Pekanbaru. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal cepat (speedboat) menuju Desa Teluk Meranti atau Desa Pulau Muda.***(Advertorial Pemkab Pelalawan)

  • Bagikan