JAM-Pidum Setujui 5 Pengajuan Restorative Justice, Salah Satunya Dari Inhu

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM, JAKARTA – Jaksa Agung RI melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (JAM-Pidum) Dr. Fadil Zumhana menyetujui 5 dari 6 permohonan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif (restorative justice).

Adapun 5 berkas perkara yang dihentikan penuntutannya berdasarkan keadilan restoratif yaitu tersangka Luther Akwila Kafiar dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Biak Numfor yang disangka melanggar Pasal 351 Ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan.

“Selanjutnya tersangka Amirullah alias Ulla bin Daeng Makitta dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Nunukan yang disangka melanggar Pasal 362 KUHP tentang Pencurian,” kata JAM-Pidum.

Kemudian tersangka Eva Musdalifah alias Eva binti Sudirman Hamid dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Kutai Timur yang disangka melanggar Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

“Tersangka Abdul Latif alias Pak Jon bin (alm) Lawali dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Kotabaru yang disangka melanggar Pasal 351 Ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan,” sambungnya.

Serta tersangka Minta Ito alias Ito binti Khoiruddin dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Indragiri Hulu (Inhu) yang disangka melanggar Pasal 362 jo. Pasal 53 Ayat (1) KUHP tentang Pencurian.

Dijelaskannya, alasan pemberian penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif ini diberikan antara lain telah dilaksanakan proses perdamaian dimana tersangka telah meminta maaf dan korban sudah memberikan permohonan maaf.

“Tersangka belum pernah dihukum, tersangka baru pertama kali melakukan perbuatan pidana, ancaman pidana denda atau penjara tidak lebih dari 5 (lima) tahun,” paparnya.

Selanjutnya tersangka berjanji tidak akan lagi mengulangi perbuatannya, proses perdamaian dilakukan secara sukarela dengan musyawarah untuk mufakat, tanpa tekanan, paksaan, dan intimidasi, tersangka dan korban setuju untuk tidak melanjutkan permasalahan ke persidangan karena tidak akan membawa manfaat yang lebih besar.

“Pertimbangan sosiologis, masyarakat merespon positif,” ujarnya.

Sementara berkas perkara atas nama tersangka Iwan alias Jumbo bin Uci dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Barito Kuala yang disangka melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP tentang Pencurian dengan Pemberatan, tidak dikabulkan permohonan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif.

“Hal ini dikarenakan perbuatan atau tindak pidana yang telah dilakukan oleh tersangka bertentangan dengan nilai-nilai dasar sesuai Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif,” terangnya.

Selanjutnya, JAM-Pidum memerintahkan kepada Para Kepala Kejari (Kajari) untuk menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) Berdasarkan Keadilan Restoratif sesuai Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 dan Surat Edaran JAM-Pidum Nomor: 01/E/EJP/02/2022 tanggal 10 Februari 2022 tentang Pelaksanaan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif sebagai perwujudan kepastian hukum. (man)

  • Bagikan