Andini, Tamparan Kemiskinan Akut Buat Kita 

  • Bagikan
Penulis : Abdullah
Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Pelalawan
Kekayaan melimpah. Kemiskinan melimpah. Darah melimpah. Ludah menyembur dan melimpah. – Sajak kenalan lamamu (WS Rendra)
Sajak WS Rendra ini tepat menggambarkan kondisi kemiskinan disekitar kita ketika Andini (14), menjadi viral di Indonesia sebab  ditinggal ibu kandungnya Ijaz (40) yang meninggal karena penyakit TBC. Sang ayah juga meninggalkannya sebelum sang ibu wafat. Kita terperanjat sedih mengetahui  gadis kecil itu terpaksa berhenti sekolah karna harus mengasuh dua adiknya yang masih balita seorang diri. Di rumah yang  hanya berdinding kayu dan berukuran 3×3 meter itu,  Andini menjadi tulang punggung buat menjaga ibu dan adik-adiknya, bahkan sejak Almarhum ibunya sakit sakitan.
Sebetulnya ada banyak kemiskinan yang akut disekitar kita.  Tetapi kasus Andini, menjadi lebih menarik sebab jarang terjadi di Indonesia.  Ditengah euphoria segudang penghargaan penghargaan yang kita terima dan terpolarisasinya dua  kubu capres yang tajam dan saling serang,  tiba tiba Andini menampar kesadaran kemanusiaan kita, dan kemudian membathinkan  sebuah pertanyaan: sudah benar kah cara kita mengelola uang rakyat dan sumber sumber lainnya?
Kemiskinan Di Riau
Dari data BPS, Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau hingga periode Maret 2017 sebesar 514,62 ribu jiwa (7,78 persen).  Dari jumlah itu,  sekitar 40 ribu nya atau 10,25 persen, ada di Pelalawan.  Termasuklah diantaranya Andini di Kecamatan Kerumutan ini. Dengan angka angka itu, mari kita mengevaluasi diri bersama. Bukan hanya para pejabat, dan juga pelaku pelaku usaha, tetapi juga masyarakat secara umum.
Pertama, Pengelolaan  APBD Kabupaten , APBD Provinsi, dan APBN. 
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan memberikan kehidupan yang layak sebab tujuan awal didirikan Negara ini adalah: memajukan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karenanya perencanaan dan pengelolaan anggaran kabupaten, provinsi  dan pusat mesti benar benar mengarah pada upaya pengentasan kemiskinan yang harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan dan dilaksanakan secara berkesinambungan.  Kemiskinan di Indonesia sesungguhnya  disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu tingkat upah murah, tingkat pengangguran yang tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Andini menjadi sebuah cambuk bagi kita semua untuk mengevaluasi pendataan dan  perencanaan penganggaran yang telah kita lakukan.  Sudah tepatkah?
Kedua, Pengelolaan  CSR Perusahaan
Pelaku pelaku usaha yang selama ini telah melaksanakan Coorporate Sosial Responsibility nya atau Tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat, mesti mengevaluasi diri kembali.  Pelaku pelaku usaha yang ingin suistainability development nya (perkembangan yang berkelanjutan) mestinya menjadikan CSR sebagai ruh ibadah dan pengabdian pada masyarakat. Bukan sebagai momok dan hantu yang menyulitkan bag bisnisnya. Masih kita dapati pelaku pelaku usaha yang kucing kucingan menerapkan CSR nya secara transparan dan akuntable, meskipun CSR sudah menjadi ketentuan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah.  Diantara nya juga tidak memiliki skala prioritas dalam konteks meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar wilayah operasional perusahaan, melainkan hanya sekedar ‘pemenuhan kewajiban’ kepada kepentingan kepentingan sesaat. Sehingga menjadi penting untuk dijawab adalah: berapa persen CSR mampu menurunkan angka kemiskinan?  Allahu a’lam.
Ketiga, Product Regional Domestik Bruto (PDRB)
Setiap tahun, terjadi peningkatan yang tidak sedikit pada kegiatan kegiatan ekonomi arus barang dan Jasa. Tetapi kenyataan nya tidak terjadi penurunan yang signifikan pada angka kemiskinan. Bahkan pernah terjadi sebaliknya. Kita ambil sample, PDRB Kab Pelalawan Tahun 2014 adalah  35,4 T. Tahun 2015 meningkat menjadi 38,1 T.  Berbanding lurus, angka kemiskinan 2014 adalah 11,15 %,  Tahun 2015  meningkat menjadi 12,09%.  Sejatinya, terjadi penurunan angka kemiskinan pada 1 orang ketika terjadi peningkatan PDRB sebesar 2,5 Milyar. Urbanisasi menajdi salahsatu sebab. Namun demikian,  sinkronisasi  kegiatan arus ekonomi pada APBD/APBN dan juga produksi produksi perusahaan didaerah, menjadi prioritas dilakukan.
Keempat, Potensi Zakat
Dalam data BAZNAS dan Kementrian Agama Prov Riau,  5.021.986 jiwa atau 90,60 persen penduduk Riau adalah pemeluk agama Islam. Jumlah ini adalah potensi yang sangat besar, bila dikaitkan dengan zakat fitrah, zakat maal dan bahkan infaq/shadaqah.  Apabila ketiga potensi tersebut di atas (zakat fitrah, zakat maal dan infaq/shadaqah) dikumpulkan menjadi satu, maka akan terkumpul sejumlah dana yang cukup besar, yaitu Rp. 2,1 Trilyun. Sedangkan BAZNAS Riau mencatat penerimaan zakat di 2018 masih belum menyentuh angka 100 M, sehingga potensi besar ini masih belum dapat kita berdayakan sebab kesadaran kita tentang berzakat mesti ditingkatkan, dan penyaluran zakat dimaksimalkan dalam upaya memerangi kemiskinan.  Jika BAZNAS Riau benar benar mampu merealisasikan target nya yaitu menurunkan angka kemiskinan 1 persen, sungguh luar biasa.
Akhirnya, marilah kita berdoa, apapun caranya, semoga tidak ada lagi  airmata Andini Andini lain, setelah Andini Pelalawan. Najwa Shihab, presenter senior pernah berujar, :  Kemiskinan menjadi tontonan, ketika negara memelihara kesenjangan.  Mari kita perangi.  Agar kita tidak lagi tertampar.
  • Bagikan