Mengurai Fenomena ABG Bunuh Bocah di Jakpus yang Terinspirasi Film Horor

  • Bagikan

RIAUDETIL.COMPembunuhan bocahA (5) oleh ABG N (15) di Sawah Besar, Jakarta Pusat bikin geger. Pelaku mengaku membunuh korban karena terinspirasi film horor.

Sosiolog UGM, Derajad S Widhyarto, menyampaikan analisis mengenai kasus pembunuhan tersebut. Derajad mulanya bicara tentang perbedaan keluarga pada zaman dulu dan sekarang.

“Keluarga dulu, tetangga, paman, bibi, saudara itu ikut menjaga. Tapi sekarang menjadi nuclear family, bapak ibu, anak. Hubunganya cuma bapak, ibu, anak. Tentu saja asekarang karena bapak, ibu, anak, hidupnya individualis, mereka hidup sendiri dan mandiri. Tapi di sisi lain tidak ada pengawasan dari kelompok lain, pengawasan dari keluarga lain lingkungan,” kata Derajad kepada wartawan, Sabtu (7/3/2020).

Derajad mengatakan pengakuan pelaku yang membunuh korban karena kerap menonton film horor menandakan minimnya pengaruh dari lingkungan sekitar. Sehingga, kata Derajad, pelaku menelan mentah-mentah tayangan yang ada di film.

“Mereka melihat film, film itu kerja sendiri artinya niat problem mereka, problemnya itu problem mereka ketika melakukan tindakan itu tidak dipengaruhi oleh lain, tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi lingkungan itu tidak cukup memberikan inside terhadap tindakan mereka sehingga dia mencontoh atau melakukan imitasi terhadap tindakan-tindakan yang ada di film. Itu menunjukkan kehidupan keluarga betul-betul nuclear family, sifatnya inidivudalistik keluarga. lingkungan ya tidak terlalu mempengaruhi, justru lingkungan dengan adanya keluarga seperti ini melakukan penekanan, dalam arti bahwa mereka tidak mau ikut campur urusan orang lain,” ujar dia.

Derajad mengatakan fenomena itu menandakan adanya perubahan makna keluarga. Pengawasan dari lingkungan sekitar itu juga menjadi minim.

“Saya kira nilai yang ditanamkan oleh keluarga, berpengaruh besar. Mungkin si anak mungkin mempunyai hubungan kurang baik dengan orang tuanya, terus kemudian juga otomatis hubungan dengan lingkungannya kurang baik juga, agak terganggu juga sehingga kemudian melakukan tindakan-tindakan individual yang sebenarnya tidak merusak lingkungan tapi merusak dirinya sendiri,” ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, pembunuhan itu dilakukan di rumah pelaku ketika korban sedang bermain dengan adik pelaku. Seketika itu pelaku punya keinginan membunuh korban.

Korban lalu diajak ke kamar mandi dengan alasan akan mengambil mainan. Pelaku kemudian menenggelamkan korban ke dalam bak mandi.

Pembunuhan itu terjadi pada Kamis (5/3) sore. Saat itu, di rumah pelaku tidak ada orang tua pelaku karena sedang menjual gorengan bersama ibu korban.

Pada saat itulah pelaku membunuh korban. Setelah korban tewas, pelaku membungkusnya dengan kain seprai dan menyimpannya di dalam lemari.

Keesokannya, Jumat (6/3) pagi, pelaku berangkat ke sekolah. Namun, di tengah jalan, dia mengganti seragamnya, lalu pergi ke Polsek Tamansari.

Di kantor Polsek Tamansari, dia membuat pengakuan telah membunuh korban. Polsek Tamansari kemudian berkoordinasi dengan Polsek Sawah Besar dan langsung melakukan olah TKP.

Polisi saat ini masih mendalami pemeriksaan ABG N (15), pelaku pembunuhan bocah A (5). Sejauh ini pelaku mengaku membunuh korban karena terinspirasi film-film horor.

“Dia sering menonton film horor ‘Chucky’. Dia senang menonton film horor, itu memang hobinya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Polres Jakpus, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).

Film ‘Chucky’ adalah film bergenre horor. Film tersebut menggambarkan karakter boneka mainan anak Chucky yang hidup dan membunuh.

Yusri mengatakan pelaku tidak memiliki motif membunuh korban. Namun pelaku mengaku memiliki dorongan kuat untuk membunuh korban saat itu.

“Pengakuan yang bersangkutan, dia yang membunuh karena ada dorongan dalam hati,” kata Yusri.***(detik.com)

  • Bagikan