Punya Saham di Telkomsel, Singtel Raup Untung Banyak

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyentil gaya bisnis PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang dianggapnya kurang mengikuti perkembangan zaman.

Menurut pemilik Mahaka Media ini, laba dari Telkom justru malah lebih banyak dihasilkan dari anak usahanya, yakni PT Telkomsel.

Telkomsel sendiri menyumbang sekitar 70 persen dari laba Telkom. Meski kontribusi laba Telkomsel sangat besar, Telkom juga masih harus berbagi keuntungan dengan Singapore Telecom atau Singtel.

Dikutip dari Annual Report Telkomsel 2018, saham Singtel di Telkomsel tercatat sebesar 35 persen. Sementara Telkom menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 65 persen.

Telkomsel memang sejak lama menjadi penyumbang laba yang besar dari tahun ke tahun, baik untuk Telkomsel maupun Singtel. Tahun 2018, Telkomsel membukukan laba sebesar Rp 25,53 triliun dari total pendapatan Rp 89,24 triliun.

Pada tahun 2017, Telkomsel bisa mencatatkan laba sebesar Rp 30,39 triliun. Lalu berturut laba pada tahun 2016 sebesar Rp 28,19 triliun, tahun 2015 sebesar Rp 22,36 triliun, dan tahun 2014 sebesar Rp 19,39 triliun.

Singtel sendiri merupakan operator seluler terbesar di Singapura. Meski tercatat sebagai perusahaan publik, pengendali sahamnya berada di bawah Temasek milik Pemerintah Singapura.

Selain menanam investasi besar di Indonesia lewat Telkomsel, Singtel juga memiliki saham besar di beberapa operator seluler negara lain, seperti Bharti Airtel (India), Globe Telecom (Filipina), dan Advance Info Service (Thailand).

Semakin meningkatnya permintaan data internet di Indonesia membuat bisnis Telkomsel semakin tumbuh positif.

Apalagi, Telkomsel sejauh ini jadi operator dengan infrastruktur terbesar di Indonesia, jauh mengungguli operator seluler pesaingnya.

Dikritik Erick Thohir

Sebelumnya, Erick Thohir mengkritik Telkomyang dianggap terlalu mengandalkan laba dari Telkomsel. Telkom, dinilainya, kurang banyak berinovasi menggenjot pendapatan dari segmen lain, seperti data cloud.

“Enak sih Telkom-Telkomsel dividen revenue digabung hampir 70 persen, mendingan enggak ada Telkom. Langsung aja Telkomsel ke BUMN, dividennya jelas,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Erick menjelaskan, seharusnya saat ini Telkom mulai serius menggarap potensi bisnis di ranah big data. Sebab, bisnis tersebut saat ini masih dikuasai oleh perusahaan asing.

“Makanya kita mau Telkom berubah ke arah salah satunya ke database, big data, cloud, masa cloud-nya dipegang Alicloud. Masa database kita diambil negara lain,” kata Erick.

Atas dasar itu, Erick saat ini tengah mengkaji beberapa model bisnis dari perusahaan pelat merah. Menurut dia, nantinya perusahaan BUMN akan ada yang berfokus ke bisnis dan ada juga yang berfokus menjalankan program pemerintah.

“Di Indonesia, public service itu penting, makanya kita mapping mana BUMN yang masuk dalam klaster bisnis banget, misal Telkomsel. Ada juga klaster yang harus berbisnis, tapi juga ada subsidi kayak PLN, Pertamina, dan Bank BRI yang ditugaskan KUR,” ucap dia.***(kompas.com)

  • Bagikan