Perjalanan Ahok, dari Gubernur hingga Calon Pimpinan Ibu Kota Baru

  • Bagikan
Foto: Rifkianto Nugroho/detik.com

RIAUDETIL.COM – Sosok Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok memang menarik untuk diulas. Terlebih, mengenai perjalanan karirnya hingga akhirnya ia masuk menjadi salah satu kandidat Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.

Dalam catatan detikcom, karir Ahok bisa dibilang cemerlang saat ini menduduki kursi nomor 1 di DKI Jakarta atau menjadi Gubernur pada tahun 2014. Kala itu, menggantikan posisi Joko Widodo (Jokowi) yang terpilih menjadi Presiden.

Menjabat sampai tahun 2017, banyak warisan yang ditinggalkan Ahok. Dari pembangunan infrastruktur tanpa utang seperti Simpang Susun Semanggi hingga pembentukan tim oranye untuk urusan bersih-bersih.

Ahok sendiri berniat untuk melanjutkan kursi kepemimpinannya. Namun, ia kalah dalam Pilkada 2017 dari lawannya Anies Baswedan. Apesnya lagi, ia mesti masuk jeruji penjara karena kasus penodaan agama. Ia divonis selama 2 tahun dan keluar di awal tahun 2019.

Masuk penjara tak lantas membuat karir Ahok terhenti. Karirnya kembali bersinar lantaran ia ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero).

Sebelum ditunjuk, Menteri BUMN Erick Thohir memanggilnya pada 13 November 2019. Saat itu, Erick memintanya untuk memimpin salah satu BUMN.

“Intinya kita bicara soal BUMN dan saya mau dilibatkan menjadi salah satu (peringgi) BUMN. Gitu aja. Jabatannya apa BUMN mana saya nggak tahu, mesti tanya ke pak menteri. Itu aja sih,” ujar Ahok di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat

Perjalanan jadi Komisaris Pertamina tak mulus. Buka halaman selanjutnya.

Belum resmi menjabat, ia ditolak oleh serikat pekerja. Ahok ditolak karena dianggap sebagai sosok yang membuat keributan.

Meski begitu, Ahok banyak mendapat pembelaan. Salah satu pejabat yang terang-terangan membela Ahok ialah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Pada tanggal 25 November 2019, Ahok resmi menjabat Komisaris Utama lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Ia menggantikan Komisaris Utama sebelumnya Tanri Abeng.

Cerita lengkapnya ada di halaman selanjutnya.Dalam posisinya itu, Ahok tak habis-habisnya menarik perhatian. Bagaimana tidak, ia mendorong kebijakan transparansi di Pertamina. Melalui akun resmi Twitternya @basuki_btp, ia mengatakan, masyarakat bisa ikut memantau langsung data impor bahan bakar minyak (BBM). Masyarakat bisa memantau data itu melalui laman resmi perseroan di www.pertamina.com.

“Mulai hari ini, akses Informasi operasional PT Pertamina (Persero) terkait pengadaan Crude, LPG dan BBM termasuk status kapal charter sudah dapat diakses melalui website resmi perseroan di www.pertamina.com,” tulis Ahok dalam unggahannya.

Bukan Ahok namanya jika tidak bikin heboh. Baru beberapa bulan menjabat Komisaris Utama, namanya kini disebut sebagai salah satu kandidat Kepala Badan Otorita IKN. Ia bersaing dengan beberapa nama lain.

Presiden Jokowi menyebut ada empat kandidat Kepala Badan Otorita IKN. Salah satunya, Ahok.

“Kandidatnya ada ya, yang namanya kandidat memang banyak. Pertama Pak Bambang Brodjo, kedua Pak Ahok, ketiga Pak Tumiyono, keempat Pak Azwar Anas,” tuturnya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Untuk menunjuk Kepala Badan Otorita IKN ini Jokowi akan menandatangani Perpres. Menurutnya Perpres itu tidak akan lama dan diperkirakan keluar pada minggu ini.

“Jadi untuk namanya otorita ibu kota negara ini memang kita akan segera tanda tangani Perpres. Di mana nanti di situ ada CEO-nya. CEO-nya sampai sekarang belum diputuskan dan akan diputuskan dalam waktu minggu ini, tidak lama mungkin,” ujarnya.***(detik.com)

  • Bagikan