Yang Perlu Diketahui soal Virus Hanta di Tengah Pandemi Corona

  • Bagikan
ilustrasi tikus sebagai pemeran utama pengantar hantavirus. (AFP/SANJAY KANOJIA)

RIAUDETIL.COMVirus Hanta mendadak menjadi viral di tengah pandemi virus Corona. Namun, sebenarnya Hantavirus bukan virus jenis baru seperti Corona. Berikut ini yang perlu Anda ketahui tentang virus Hanta.

Mulanya perbincangan soal virus Hanta menjadi trending di Twitter. Virus ini ditularkan melalui ke hewan ke manusia. Banyak yang panik karenanya, mengingat pandemi virus corona COVID-19 masih belum teratasi.

Salah satu unggahan terkait virus Hanta ada di akun @globaltimesnews, yang membagikan informasi tentang hal itu. Seorang warga Provinsi Yunnan disebut meninggal dalam perjalanan menuju Provinsi Shandong dengan bus sewaan.

Warga tersebut dikatakan positif terinfeksi hantavirus atau virus hanta. Konon, sebanyak 32 penumpang lainnya diperiksa. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang cerita ini.

The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut virus Hanta adalah keluarga virus yang disebarkan utamanya oleh rodent atau hewan pengerat, termasuk tikus. Infeksi virus Hanta jenis apapun pada manusia bisa menyebabkan berbagai macam penyakit.

Bukan Virus Jenis Baru

Namun, di tengah kepanikan soal virus Hanta ini, perlu diketahui bahwa Hanta bukan jenis virus baru. Pada Mei 1993, wabah penyakit paru yang tidak dapat dijelaskan terjadi di Amerika Serikat di wilayah Arizona, New Mexico, Colorado, dan Utah yang dikenal sebagai “The Four Corners”. Saat itu seorang lelaki muda sehat menderita sesak dan dilarikan ke rumah sakit Mexico namun meninggal dengan sangat cepat.

Selang beberapa minggu, kasus-kasus tambahan penyakit dilaporkan di daerah Four Corners. Campuran khusus gejala dan temuan klinis mengarahkan para peneliti menjauh dari kemungkinan penyebabnya, seperti paparan herbisida atau jenis baru influenza, dan terhadap beberapa jenis virus.

Ahli virologi di CDC menggunakan beberapa tes, termasuk metode baru untuk menentukan gen virus pada tingkat molekuler, dan mampu menghubungkan sindrom paru dengan virus, khususnya jenis virus Hanta yang sebelumnya tidak diketahui.

Virus Hanta diketahui menyebar dari tikus ke manusia jika seseorang bersentuhan langsung dengan urin, tinja, dan air liur tikus. Kasus awal virus Hanta sebelumnya juga dikonfirmasi pada seorang pria Utah berusia 38 tahun pada 1959.

Pernah Ditemukan di Indonesia

Virus Hanta jenis baru sempat ditemukan di Kota Serang, Banten. Indrawati Sendow, NLPI Dharmayanti, M Saepullah, dan RMA Adjid melaporkan penelitian mengenai virus Hanta yang dimuat di Jurnal Wartazoa tahun 2016. Penelitian itu berjudul ‘Infeksi Hantavirus: Penyakit Zoonosis yang Perlu diantisipasi Keberadaannya di Indonesia’, diakses detikcom dari situs Kementerian Kesehatan RI, Rabu (25/3/2020).

Ada pula virus Hanta jenis Hantaan (HTNV) dengan tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) 10% dari yang positif terjangkit, jenis Seoul (SEOV) dengan tingkat kematian 1-2%, dan Puumala virus (PUUV) dengan tingkat kematian rendah sebesar 0,1% saja.

Disebutkan dalam penelitian Indrawati Sendow dkk, Hantavirus memang belum banyak diketahui di Indonesia, namun bukan berarti tidak ada di Indonesia. Kasus virus Hanta jenis Hantaan (HTNV), Seoul (SOEV), dan Puumala (PUUV) sudah ditemukan di Indonesia.

Ada laporan yang unik dari Kota Serang, Banten. Di kota ini ada kasus Hantavirus jenis baru dan dinamakan Hanta strain Serang atau Serang Virus (SERV). Virus itu ditularkan oleh tikus rumah. Kasus Hantavirus dari Serang dilaporkan peneliti muncul tahun 2009.

Prevalensi (jumlah keseluruhan kasus pada suatu wilayah) pemicu virus pada hewan pengerat di kawasan pelabuhan di Indonesia mulai dari 7,9% hingga 40,3%. Prevalensi antibodi terhadap Hantavirus pada manusia antara 1,1 sampai 28,9% kecuali di Maumere yang mencapai 28,9%.

Penelitian tahun 2013 menemukan tikus di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, positif mengandung Hantavirus spesies Seoul, namun sayangnya tidak dilaporkan antibodi pada manusia setempat. Pada tahun 2009, ada peningkatan (33,9%) kemunculan Hantavirus yang dibawa oleh tikus jenis Rattus norvegicus dan R tanezumi di Kepulauan Seribu.

Gejala

Periode inkubasi hantavirus kurang lebih dua hingga delapan pekan. Bila sudah terjangkit hantavirus, maka gejala yang dirasakan seseorang adalah demam, kelelahan, dan sakit pada otot.

Kelompok otot yang besar seperti paha, pinggang, punggung, dan bahu kadang terasa sakit bila orang terkena hantavirus. Gejala lainnya adalah panas-dingin, sakit perut, pusing, sakit kepala, mual, muntah, dan diare.

Pada tahap selanjutnya, paru-paru bakal terisi oleh cairan. Korban hantavirus bakal kesusahan bernapas.

Agar terhindar dari Hantavirus

Kejadian wabah Hantavirus di beberapa negara berhubungan dengan meningkatnya populasi tikus. Sebabnya adalah fungsi hutan beralih menjadi permukiman, kondisi sanitasi yang buruk, lingkungan jorok, dan sumber makanan tikus hilang misalnya akibat hutan terbakar. Pada manusia, kasus Hantavirus lebih banyak ditemukan di daerah yang kondisi lingkungannya buruk serta banyak tikus.

Supaya terhindar dari virus ini, maka pasanglah kawat kasa agar ikus tidak masuk ke rumah, pasanglah jebakan tikus, jangan sisakan sampah makanan di tempat sampah supaya tikus tidak datang.

Vaksin untuk Hantavirus sudah ada, yakni berasal dari jaringan ginjal garbil dan hamster. Vaksin tersebut diproduksi Tiongkok dan Korea. Pemberian vaksinasi Hantavirus dapat menurunkan kasus infeksi pada manusia secara drastis.***(detik.com)

  • Bagikan