Pemkab Inhu Jemput Pasien DBD di Desa Tanah Datar

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM, RENGAT – Desa Tanah Datar, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten lndragiri Hulu (lnhu) saat ini mulai diserang wabah Demam berdarah Dengue (DBD).

Agar dampak tidak meluas, Pemkab Inhu melalui Dinas Kesehatan dan sejumlah elemen langsung bergerak cepat bahu membahu melakukan penanganan.

Selain melakukan pencegahan dengan fogging massal, Pemkab Inhu juga turun tangan menjemput pasien yang diduga DBD di Desa Tanah Datar Kecamatan Rengat Barat, pada Senin (11/11/ 2019) kemarin.

Kepala Dinas Kesehatan Inhu, Elis Juniarti saat dikonfirmasi mengatakan bahwa aksi turun langsung ke masyarakat ini dilakukan berkat arahan dari Bupati Inhu, H. Yopi Arianto SE.

Menurutnya, pemerintah akan senantiasa ada dalam memberikan pelayanan untuk masyarakat.

Awalnya lanjut Elis, pihaknya mendapat informasi bahwa ada warga Desa Tanah Datar yang diduga menderita DBD.

“Setelah mendapat informasi, kami langsung turun bersama dokter untuk memberikan sosialisasi terkait DBD, fogging, dan mengunjungi warga yang diduga menderita DBD,” ungkapnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, warga tersebut memang mengalami gejala DBD yang ditandai badan panas dan bintik-bintik merah pada tubuhnya.

“Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, kami langsung membawa warga tersebut ke RSUD Indrasari guna pemeriksaan dan pelayanan kesehatan lebih lanjut,” imbuh Elis.

Pada kesempatan tersebut, wanita berkacamata ini menyampaikan bahwa ada tiga kategori DBD yang perlu diketahui masyarakat, yaitu kategori tersangka, demam Dengue dan terakhir Demam Berdarah Dengue.

“Kalau DBD itu disebabkan oleh virus yang menghasilkan panas, kalau dia panas kita bisa bilang tersangka,” katanya.

Kemudian kita periksa NS1-nya positif berarti dia punya virus Dengue tapi tidak menyebabkan kebocoran darah. Baru yang ketiga kalau sudah bocor itulah yang dinamakan DBD.

Untuk meminimalisir penyebaran DBD agar tak meluas, Pemkab Inhu sudah membuat Surat Edaran untuk kewaspadaan terhadap DBD di seluruh RS, lnstansi, Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan hingga RT/RW.

“Sementara Dinkes sendiri bergerak dengan Program Gebrak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus yang melibatkan kader-kader lingkungan,”:paparnya.

Lebih jauh disampaikannya, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang ada di rumah tangga dan untuk sekolah lebih diintenskan lagi dengan satu rumah satu Jumantik.

Elis juga mengimbau kepada masyarakat, sekolah, kader, lingkungan dan masyarakat untuk waspada serta membantu pemerintah dalam pengendalian virus DBD.

“DBD bisa menjadi wabah karena berulang-ulang menghisap darah dari satu orang ke orang lain lewat perantara nyamuk Aides Aegypti,” katanya.

“Untuk itu, 3M Plus yaitu menutup penampungan air, menguras penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali,” ujarnya.

Selanjutnya mengubur penampungan air yang tidak terpakai dan memantau jentik nyamuk seminggu sekali dan plus artinya menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan repelen anti nyamuk, menanam tanaman anti nyamuk, larvasidasi dan penggunaan kelambu. (Man)

  • Bagikan