Cara Penularan Virus Corona yang Paling Umum Terjadi

  • Bagikan
Foto: Ilustrasi corona (Fauzan Kamil/detikcom)

RIAUDETIL.COM – Virus Corona hingga saat ini masih terus menyebar dan menginfeksi banyak orang. Penyebarannya pun sangat cepat. Itulah mengapa WHO (World Health Organization) memperingatkan masyarakat untuk melakukan tidakan pencegahan Corona dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau hand sanitizer, membersihkan permukaan yang sering tersentuh dengan disinfektan, dan melakukan social distancing atau jarak sosial.

Kenapa cuci tangan dengan sabun sangat penting? Karena menurut Kirsten Hokeness, profesor dan ketua departemen ilmu pengetahuan dan teknologi di Bryant University dan seorang ahli imunologi, virologi, mikrobiologi dan kesehatan manusia dan penyakit, cara penularan virus corona yang paling umum terjadi adalah melalui kontak langsung dengan cairan pernapasan pasien terinfeksi Corona. Penularan tersebut bisa berlangsung saat pasien Corona batuk atau bersin, kemudian virus dan bakteri tersebut dipindahkan dari tangan ke hidung atau mulut orang orang lainnya. Walaupun demikian, sampai saat ini penelitian mengenai Covid-19 atau virus Corona masih terus berlanjut.

Riset lain juga mengungkapkan virus Corona dapat hidup beberapa hari di permukaan yang keras dan tidak berpori. Sedangkan pada permukaan berpori seperti kain atau kardus, virus tersebut hanya akan bertahan selama 24 jam.

Penelitian dalam The New England Journal of Medicine juga menemukan berapa lama virus dapat bertahan pada permukaan dan udara. Sebagai gas aerosol yang melayang di udara virus dapat bertahan hingga 3 jam, sedangkan pada tetesan pernapasan cenderung akan jatuh lebih cepat ke tanah. Pada plastik dan stainless steel virus bisa bertahan hingga 3 hari dan pada tembaga sekitar 4 jam.

Cara Penularan Virus Corona yang Paling Umum TerjadiFoto: AP Photo

Benarkah Virus Corona Bertahan di Udara?

Seperti dikutip dari Huffpost, menurut penelitian yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine, partikel aerosol dapat menyebarkan virus Corona. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kemungkinan penularan penyakit melalui udara dalam beberapa situasi tertentu. Lalu apakah partikel aerosol sama dengan tetesan pernapasan?

S. Wesley Long, direktur medis mikrobiologi diagnostik di Houston Methodist Hospital, menjelaskan bahwa partikel aerosol tidak sama dengan tetesan pernapasan atau cairan yang mungkin dikeluarkan saat seseorang bersin atau batuk. Pada dasarnya, partikel aerosol jauh lebih kecil dan mikroskopis.

Partikel aerosol dapat bertahan lama di udara dan melakukan perjalanan jarak jauh serta dapat dengan mudah dihirup ke paru-paru. Menurut Long, tetesan pernapasan umumnya 20 kali lebih besar dan hanya mampu berjalan sekitar 2 meter sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Namun kamu tidak perlu takut karena partikel aerosol, seperti kabut, hanya dapat ditemukan dalam kondisi tertentu. Selain itu, risiko infeksi dari partikel aerosol sangatlah rendah untuk kebanyakan orang.

Namun bagi pekerja medis, partikel-partikel tersebut bisa mendatangkan risiko yang cukup tinggi. Jennifer Hanrahan, seorang profesor kedokteran dan kepala penyakit menular di University of Toledo mengatakan bahwa ‘prosedur aerosolisasi’, seperti intubasi, dapat menyebabkan partikel-partikel tersebut menyebar.

Menurut Kirsten Hokeness, profesor dan ketua departemen ilmu pengetahuan dan teknologi di Bryant University dan seorang ahli imunologi, virologi, mikrobiologi dan kesehatan manusia dan penyakit, prosedur lain yang dapat menghasilkan aerosol adalah terapi oksigen, prosedur pelingkupan dan CPR. Saat prosedur melibatkan cairan yang mengandung virus seperti air liur atau lendir itu dilakukan maka cairan tersebut dapat tetap menggantung di udara dengan bergantung pada tetesan air, debu, atau partikel lainnya.

Saat berada di udara, partikel tersebut dapat terdispersi melalui aliran udara dari ventilasi atau kipas yang akan membantunya untuk bergerak ke ruangan lain. Selain itu, aktivitas manusia seperti berjalan dan membuka pintu juga dapat membantu partikel berpindah.

“Perbedaannya adalah bahwa, dalam transmisi pernapasan, virus semacam terbungkus oleh tetesan. Mereka diproduksi ketika kamu batuk atau bersin dan tetesan membawa partikel. Mereka terbatas dalam jangkauan. Seseorang akan terinfeksi jika mereka berada dalam jarak dekat, tiga hingga empat kaki, itulah mengapa kita menyarankan enam kaki (2 meter) sebagai ukuran jarak (phsyical distancing-red),” kata Hokeness.

Sementara itu menurut penelitian dari NEJM, Covid-19 juga dapat ditemukan sebagai partikel aerosol. Namun berbeda dari penelitian tersebut, laporan dari dua rumah sakit di Wuhan, China justru tidak mendeteksi partikel-partikel tersebut dalam 35 sampel udara. Jadi kemungkinan besar penularan virus dengan cara itu jarang terjadi.

Yang perlu kamu tahu adalah virus bisa saja tersebar di mana saja. Ada banyak tempat yang berisiko menularkan infeksi. Itulah mengapa saat ini pemerintah meminta semua orang untuk tetap tinggal di rumah untuk menanggulangi penyebaran Covid-19 atau virus Corona.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ‘transmisi siluman’ di antara orang-orang terinfeksi yang tidak memiliki gejala yang jelas adalah sumber penyebaran yang umum. Itulah mengapa sangat penting untuk melakukan social distancing atau #jagajarakdulu dan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan air dan sabun setidaknya 20 detik atau gunakan hand sanitizer. Selain itu juga dengan rajin membersihkan permukaan yang sering tersentuh, misalnya gagang pintu atau keran air dengan disinfektan.***(detik.com)

 

  • Bagikan