HTI Taja Kongres Mahasiswi di Bengkalis

  • Bagikan

kongres-mahasiswi-khilafah-hti

RIAU DETIL.COM,BENGKALIS – Mahasiswi Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai berkumpul dalam sebuah forum yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada 23 Oktober 2016 lalu. Dengan mengusung tema “Reaktualisasi Peran Intelektual Muda untuk Mewujudkan Kembali Peradaban Islam”, Muslimah HTI Wilayah Bengkalis mengajak seluruh mahasiswi untuk kembali mengingat kejayaan Islam di masa lalu.

Masa kejayaan itu puncaknya ketika seorang pemuda yang berhasil menaklukkan keangkuhan Bizantiyum saat itu. Seorang pemuda yang berusia 24 tahun tersebut bernama Muhammad Al Fatih. Ia selayaknya menjadi teladan bagi pemuda saat ini. Dalam rangka meningkatkan semangat pemuda Indonesia, Muslimah HTI mengetuk pemikiran para pemuda agar kembali kepada Islam kaffah dan menjadi bagian dalam perjuangan penegakan syariah Islam dalam naungan khilafah.

Sekitar dua ratus peserta yang berasal dari kampus Politeknik Negeri Bengkalis (Polbeng), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah (STIE Syariah) Bengkalis, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Akademi Komunitas Negeri Bengkalis (AKN), Sekolah Tinggi Teknik (STT) Dumai serta Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Dumai mengikrarkan komitmen untuk menjadi pengubah peradaban dengan berjuang menegakkan kembali institusi Islam yang telah hilang 94 tahun yang lalu.

Kegiatan Kongres Mahasiswi Islam untuk Peradaban ini berlangsung secara tertib dan menghasilkan lima poin kesepakatan bersama antara Muslimah HTI dan mahasiswi yang berasal dari berbagai kampus. Salah satunya mengajak agar pemuda tidak terjebak pada aksi kekerasan terorisme dan mengembalikan keagungan Islam menggunakan langkah serta metode yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah.

Menurut Yenita Angkat, SKM perwakilan DPD II HTI Bengkalis, kongres yang diadakan pertama kali di Bengkalis ini bertujuan agar mahasiswa khususnya mahasiswi Bengkalis, kembali kepada perannya sebagai tokoh utama intelektual yang cerdas dan mampu menyampaikan kebenaran di hadapan publik.

“Intelektual mudah saat ini jauh dari duta kebenaran Islam kaffah yang membela negara dengan segenap jiwa dan raga. Tetapi justru menjadi pengemban ideologi yang bertentangan dengan Islam. Seperti demokrasi, HAM, liberal, kapitalis, dan lain-lain,” tutur Yenita.

Tepat pukul 12.10 WIB, acara ditutup dengan teriakan bersama seluruh peserta “Saatnya Mahasiswa Bicara, Saatnya Mahasiswa Peduli, Saatnya Mahasiswa Bangkit, Allahuakbar!”. Yel-yel ini juga mengguncang berbagai kampus di 31 kota besar se-Indonesia mulai dari Banda Aceh hingga Palu secara serentak pada 22-23 Oktober lalu. (KRN 19/rdc/*)

  • Bagikan