Aksi Premanisme Diduga Sebabkan Bentrokan dan Pembakaran di TNTN

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM,PELALAWAN – Kepolisian Resor Pelalawan, Provinsi Riau mendalami adanya aksi premanisme yang diduga menyebabkan bentrokan masyarakat di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, tepatnya Dusun Toro Jaya hingga berujung pada pembakaran sejumlah bangunan.

Kepala Polres Pelalawan, AKBP Kaswandi di konfirmasi di Pekanbaru, Jumat mengatakan pihaknya telah mendengar tindakan premanisme diduga dilakukan sekelompok orang yang dipimpin seorang pria berinisial IG alias Iwan Tapung.

“Iya, informasinya dia (IG) melakukan intimidasi, penganiayaan dan soal lahan,” kata Kaswandi.

Tindakan IG dan kelompoknya yang diperkirakan berjumlah 20 orang selama beberapa bulan terakhir diduga membuat masyarakat Dusun Toro Jaya menjadi resah hingga melakukan aksi pembalasan.

Akibatnya, dua bangunan berupa pos yang disebut “ampang-ampang” serta sebuah rumah dirusak pada Senin awal pekan ini, 2 April 2018. Sejauh ini, Kepolisian menyatakan telah menangkap tiga orang yang diduga bagian kelompok Iwan Tapung tersebut.

“Tiga orang kita amankan. Kita masih terus melakukan penyelidikan,” ujarnya.

Toro Jaya merupakan sebuah dusun yang secara administrasi bagian dari Desa Lubuk Kembang Bungo, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Dusun tersebut berada di dalam kawasan TNTN sejak belasan tahun lalu. Saat ini, diperkirakan lebih dari 4.000 jiwa mendiami Dusun tersebut.

Sejumlah warga yang ditemui Antara di Dusun Toro Jaya mengatakan bahwa aksi premanisme kelompok IG terdiri dari pungutan retribusi dan intimidasi.

Salah seorang tokoh masyarakat, Gusar Sitanggang mengatakan aksi kelompok IG telah menjurus aksi premanisme. “Jadi mereka itu memungut uang retribusi sebesar Rp50 per kilogram. Sementara satu-satunya jalan dikuasai oleh IG cs,” jelasnya.

Meski ukuran retribusi terkesan kecil, namun Gusar mengatakan bahwa kelompok IG dalam satu hari bisa memperoleh uang belasan juta rupiah karena dia mengatakan rata-rata hasil panen sawit dari Dusun Toro Jaya mencapai 250 ton.

Sementara itu, satu-satunya akses keluar masuk menuju Dusun Toro Jaya dikuasai oleh kelompok IG dengan membangun ampang-ampang dan dikuasai oleh anggotanya. Selain itu, dia juga mengatakan kelompok IG tercatat beberapa kali berusaha mencaplok lahan masyarakat Dusun Toro.

Salah satu korbannya adalah seorang janda bernama Sumarni. Perempuan berusia 73 tahun itu mengaku menjadi korban keganasan kelompok IG sekitar empat bulan lalu. Lahan sawit miliknya seluas 20 hektare diambil paksa oleh anggota kelompok IG, sementara rumahnya dibakar.

Belakangan, selama empat bulan terakhir dia mengatakan hidup menumpang dari satu rumah warga ke warga lainnya. Sejumlah aksi premanisme dan teror tersebut akhirnya membuat masyarakat Dusun Toro Jaya semakin marah dan berujung anarkis.

Kepala Polsek Ukui, AKP Amri di mengatakan hingga Jumat hari ini situasi jauh lebih kondusif. Meski begitu, dia mengatakan sedikitnya 28 personel polisi masih siaga di Dusun Toro Jaya yang secara administrasi bagian dari Desa Lubuk Kembang Bungo, Kecamatan Ukui, Pelalawan.

“Sekarang alhamdulillah sudah sangat kondusif. Tidak ada aksi massa seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir,” katanya.

Dusun Toro Jaya secara hukum tidak diakui oleh negara karena berada dalam kawasan TNTN. Meski begitu, saat ini terdapat lebih dari 4.000 jiwa mendiami Dusun tersebut. Mayoritas mereka juga memiliki KTP.

Bahkan, di Dusun yang sebenarnya jauh lebih ramai masyarakatnya dibanding Desa induk Kembang Bungo, sudah terdapat beragam fasilitas umum. Seperti sekolah, masjid, gereja, hingga pasar. Seluruh bangunan dan fasilitas itu dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

Keberadaan Dusun di tengah kawasan konservasi itu sendiri masih menjadi masalah bagi pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (antarariau.com)

  • Bagikan