Bupati Siak: Kehadiran Anggota PPIA Bisa Menjadi Duta-duta Wisata, Baik Untuk Indonesia Maupun Untuk Australia

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM, SIAK – Bupati Siak Syamsuar mengikuti kegiatan pelepasan Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia (PPIA), Senin, (31/12/2018) siang di Balai Datuk Empat Suku, komplek Abdi Praja kediaman Bupati Siak.

Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) merupakan program pertukaran pemuda antar negara Indonesia dan Australia. Dengan total peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 35 pemuda, 17 pemuda dari Indonesia, dan 18 pemuda dari Australia.

Program PPIA sejatinya sudah berlangsung selama 4 Bulan, 2 Bulan berada di Australia dan 2 Bulan di Indonesia tepatnya di Provinsi Riau, yaitu Siak 26 hari, kampar 3 hari dan Pekanbaru 26 hari.

Selama 2 bulan berada di Riau, 35 delegasi melaksanakan program pengabdian masyarakat selama 26 hari di kampung Tambak Rejo, Kabupaten Siak. Kemudian, 3 hari selanjutnya masa tenang di Kampar. Dan agenda selanjutnya ditutup dengan program magang di beberapa instansi yang ada di Pekanbaru.

Program yang disalurkan dari peserta PPIA selama berada di kab Siak, meliputi bidang Pendidikan, lingkungan, kesehatan, pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pemerintah Provinsi Riau, diwakili Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau Doni Aprialdi, mengucapkan terimakasih kepada Kemenpora atas diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk menjadi tuan rumah PPIA 2018 Provinsi Riau.

“Dengan adanya program PPIA yang dilaksanakan di Provinsi Riau, secara tidak langsung telah mempromosikan wilayah Provinsi Riau ke seluruh peserta PPIA,” ujarnya.

Senada dengan itu Bupati Siak Syamsuar mengatakan, kehadiran dari anggota PPIA bisa menjadi duta-duta wisata, baik untuk Indonesia maupun untuk Australia.

Kata Syamsuar, Selama 26 hari para anggota PPIA sudah tahu kehidupan masyarakat daerah ini, baik dari segi budaya, adat istiadat termasuk potensi yang ada di daerah ini yang bisa dikembangkan maupun bisa di promosikan.

“Harapan saya kenangan ini jangan cepat dilupakan, sesuai kata orang tua dulu bila sudah minum air Siak, suatu saat akan kembali kesini lagi” sebut Syamsuar sambil tersenyum.
Albiza Akbar yang merupakan peserta PPIA perwakilan Provinsi Jawa Barat, mengatakan tentang pengalamannya selama di Siak.

“Banyak kenangan yang telah didapatkan selama di sini mulai dari orang tua angkat, lingkungan baru dan teman-teman baru,” ujarnya.

Rombongan program pertukaran pemuda Indonesia Australia (PPIA) yang tiba di negeri Istana beberapa waktu lalu, siang tadi Senin (31/12/2018) telah menyelesaikan misinya di kabupaten Siak.

Matthew Douglas (22) salah seorang peserta asal Australia Selatan, tepatnya dari kota Adelaide, menuturkan pengalamannya selama tinggal di kampung Tambak Rejo. Dirinya merasa nyaman dan senang, Ia bilang orang-orang di Siak sangat ramah, kemudian kotanya bersih, tidak macet dan makanannya pun enak.

“Kota ini terbilang sepi, tidak ada macet, banyak pohon-pohon dan bersih sehingga kami merasa nyaman berada di Siak ini” kata Matthew yang fasih berbahasa Indonesia.
Meskipun air sungai atau parit yang berwarna khas rawa gambut Matthew dan kawan-kawannya tak sungkan untuk mandi dan berenang di sungai Mempura tersebut.
Matthew mengaku selama di Siak dirinya sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya, seperti mempelajari kultur dan budaya, dan belajar cara mendapatkan uang.

“Kebanyakan masyarakat Tambak Rejo adalah petani sawit dan karet, saya banyak belajar dari mereka” ujar mahasiswa S2 jurusan Hubungan Internasional itu.

Ia jelaskan, anggota Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia (PPIA) tersebut di bagi menjadi lima kelompok seperti; lingkungan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pariwisata.
“Kebetulan saya di kelompok lingkungan, dan tugasnya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menjaga lingkungan yang bersih dan sehat” sebut pria yang doyan makan nasi Padang.

Disamping itu lanjutnya, mereka juga mensosialisasikan agar masyarakat mengurangi pemakaian kantong plastik. Mereka pun mengajari masyarakat membuat kantong/tas dari bahan baju bekas.

Diakui Matthew tantangan bagi dirinya maupun teman-teman dari Australia adalah kebanyakan dari segi bahasa dan budaya ketimuran, seperti makan dengan tangan kanan dan lain sebagainya.

Sementara anggota PPIA lainnya Albizia Akbar yang berasal dari Purwakarta, Jawa Barat menceritakan bahwa sebelum ke Riau, dirinya bersama anggota yang lain tinggal di Australia selama 2 bulan.

Ia tak menyangka bisa terpilih dari 500 orang yang mencoba ikut program tersebut, dan bisa mewakili dari daerahnya.

Selama tinggal bersama orang tua angkat di Tambak Rejo, Siak, dirinya bersama rekannya Oscar Norman dapat berbaur dengan masyarakat. Menurutnya, masyarakat disana baik-baik dan ramah semua.

“Siak ini asyik, budaya melayunya cukup kental, dan kami semua senang bisa belajar tari Zapin” ungkapnya.

Dilain pihak, salah satu orang tua angkat dari Kelurahan Sungai Mempura, Masdiana (65 tahun) merasa terharu dan senang atas kedatangan dari anggota PPIA tersebut.

“Rasanya seperti mimpi saja, ada orang barat datang dan menginap dirumah saya yang sangat sederhana ini” akunya polos.

Tak terasa dari raut wajahnya kelihatan sedih karena anak-anak angkatnya tersebut akan kembali ke daerahnya masing-masing. “Rasanya seperti baru kemarin mereka datang” ungkapnya sambil terisak. (Syarifah)

  • Bagikan