Serangan Udara Tewaskan 9 Warga Suriah di Tengah Gencatan Senjata

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM– Serangan udara dari rezim Suriah ke pertahanan oposisi menewaskan sembilan orang warga sipil. Serangan dilakukan di tengah gencatan senjata di Idlib yang dipelopori oleh Rusia.

Dilansir dari AFP, Rabu (15/1/2020), Syrian Observatory for Human Rights menyebut setidaknya ada 20 orang warga sipil lain yang terluka dalam serangan yang menghantam pasar sayur-mayur dan toko-toko reparasi di Idlib.

Kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat karena banyak dari yang terluka berada dalam kondisi serius. Pengeboman itu menghanguskan beberapa kendaraan di zona industri.

Mayat para pengendara kendaraan bermotor terlihat terperangkap di dalamnya. Seorang pria terlihat berlari sambil menampar dahinya dengan kedua tangan putus asa ke lokasi tersebut pascaserangan.

Mustafa, yang mengelola bengkel di daerah itu, mengaku beruntung bisa melarikan diri. Dia baru saja meninggalkan toko untuk mengambil beberapa suku cadang.

Dia mengatakan kembali dan menemukan tokonya hancur serta empat karyawannya terjebak di bawah puing-puing. Dia mengaku tak tahu bagaimana nasib karyawannya itu.

“Ini bukan lingkungan yang ku tinggalkan dua menit yang lalu!” kata Mustafa sambil menangis.

Idlib telah mengalami peningkatan pemboman dalam beberapa pekan terakhir. Puluhan ribu orang terpaksa kabur dari provinsi yang menjadi rumah bagi sekitar tiga juta.

Gencatan senjata yang ditengahi bulan ini oleh sekutu rezim Rusia dan pendukung pemberontak Turki pada prinsipnya telah berlaku mulai hari Minggu. Ini mengikuti gencatan senjata yang diumumkan pada akhir Agustus, setelah serangan oleh rezim dan sekutu Rusia-nya menewaskan sekitar 1.000 warga sipil dalam empat bulan.

Pemerintah Damaskus berulang kali bersumpah untuk merebut kembali Idlib, yang dijalankan oleh Hayat Tahrir al-Sham, sebuah kelompok yang didominasi oleh bekas afiliasi Al-Qaeda Suriah. Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 380.000 orang termasuk lebih dari 115.000 warga sipil sejak pecah pada 2011 dengan penindasan brutal terhadap protes anti-pemerintah.(Dtc)

  • Bagikan