Keluh Kesah Warga Terhadap Virus Corona

  • Bagikan
Oleh : Hari Suryadi (Uyha)

 

SEMAKIN hari virus Corona (Covid-19) semakin mendekat dalam kehidupan kami. Virus ini bukan lagi berita internasional. Bukan lagi fenomena mematikan yang terjadi di Wuhan, China. Tetapi dia telah merangsek dalam kehidupan pribadi kami. Mengubah cara hidup keseharian kami.

Bulan Februari 2020 kemarin, kami masih bisa tenang-tenang saja membaca pemberitaan tentang orang-orang yang jatuh sakit dan sebagian meninggal akibat virus corona. Bersimpati namun tanpa rasa khawatir. Kami malah heran dengan orang-orang, yang katanya, suka makan daging kelelawar. Hewan yang bagi kami sangat menjijikkan.

Ketika itu, kami memang menyadari bahwa virus corona sangat berbahaya. Virus yang mampu merenggut nyawa manusia. Tetapi kami tidak khawatir. Kami membaca corona seperti membaca berita tentang rudal-rudal yang melayang di atas wilayah Timur Tengah. Perisitiwa mematikan yang terjadi di tempat jauh. Sama sekali tidak membahayakan kami, kami yang berada di sini, di Indonesia.

Namun segalanya bergerak sangat cepat. Tiba-tiba kami mendapat pengumuman dari guru sekolah bahwa anak-anak kami diliburkan. Anak-anak kami disuruh belajar di rumah saja. Anak-anak kami dibekali banyak petuah tentang cara mengantisipasi penularan virus corona. Anak-anak kami disarankan untuk menghindari tempat-tempat ramai.

Sebagai murid, tentu saja, anak-anak kami patuh pada petuah gurunya. Mereka lalu minta dibelikan masker. Mereka tidak berani bebergian jauh. Mereka banyak bercerita tentang bahaya virus corona. Yang kata anak-anak kami, bersalaman dengan penderita saja, virus corona otomatis menular. Dan kami tidak punya pilihan lain kecuali membenarkan apa-apa yang dipetuahkan oleh guru dari anak-anak kami. Sekaligus, kami merasa was-was.

Lebih was-was lagi, di media massa -baik televisi, portal berita online, maupun di media sosial- kami mendapati pemberitaan tentang jumlah korban virus corona yang tidak pernah susut, justru semakin banyak. Wilayah yang terkena wabah juga kian meluas. Tidak lagi di pusat kota, virus corona merambat cepat ke daerah-daerah terpencil. Siapapun bisa tiba-tiba terjangkit, termasuk kami.

Satu hal yang membuat kami merasa semakin tidak nyaman, ada saja orang-orang yang membuat fenomena pandemi virus corona sebagai bahan candaan. Lelucon. Seakan-akan fenomena virus corona adalah lahan basah untuk olok-olok. Bahan untuk meledek orang lain. Bahan untuk tertawa lebar.

Kalimat plesetan mereka bikin. Misalnya, istilah corona diplesetkan menjadi singkatan dari ‘comunitas rondo (janda) merana’. Tak hanya kalimat plesetan. Meme-meme juga tersebar. Anehnya, kreativitas tak simpatik itu mudah sekali menjadi viral.

Lebih parah lagi, ada pula yang tega membuat berita bohong. Hoaks. Dengan nada seakan-akan bijak dan seakan-akan membawa kebaikan, mereka membuka kalimat dengan seruan “hati-hati, virus corona sudah menyebar di Meranti satu orang meninggal”. Padahal informasi itu sama sekali tidak benar.

Tolonglah,jaga hati kami yang sedang was-was dengan kesehatan anak-anak kami. Kesehatan keluarga kami, saudara-saudara kami.

Berempatilah pada pasien-pasien yang saat ini sedang diisolasi oleh pihak rumah sakit. Jaga perasaan pihak keluarga pasien yang dilanda kecemasan. Keluarga pasien yang cemas sekaligus takut tertular virus corona.

Hormatilah dokter dan perawat yang berjuang menyembuhkan pasien. Sementara mereka sendiri sewaktu-waktu juga bisa tertular.

Jagalah perasaan pedih Tukang Ojek, Becak yang tiba-tiba sepi order karena klien takut bebergian, penjual alat tulis yang sepi pembeli karena sekolah prei, pengusaha hotel yang okupansinya melorot drastis sementara dia tetap harus membayar gaji karyawan, tukang parkir tempat wisata yang terpaksa seharian menganggur. Selain berbahaya bagi kesehatan, virus corona benar-benar memukul sektor ekonomi.

Sekali lagi, berhentilah membuat virus corona sebagai bahan candaan. Taruhlah kreativitas kalian ke tempat-tempat yang semestinya.

Kita bisa memangkas persebaran wabah virus corona, untuk sementara waktu, dengan mengubah cara hidup kita sendiri. Dimulai dari diri kita sendiri. Caranya dengan menahan diri tidak terlalu banyak keluar rumah, meminimalisir kontak fisik dengan khalayak ramai, selalu menjaga kebersihan badan, dan memperbanyak ibadah. Berdoa. Bagaimanapun juga, perlindungan diri paling kokoh adalah keselamatan yang diberikan oleh Allah SWT. Aamiin,***

Oleh : Hari Suryadi (Uyha)
  • Bagikan