Semangat Kapolres Inhu AKBP Arif Bastari SIK SH MH Wujudkan Promoter, Just 5 Minute dan Bhabinkamtibmas

  • Bagikan

RIAUDETIL.COM, RENGAT – Segelas kopi panas baru saja diantar sekretaris pribadinya (Sespri) diatas meja kerja, serta tampak pula bertumpukan berkas yang harus dipelajari dan ditandatangani.

“Ngopi bang, ngantuk nanti saya. Banyak sekali berkas yang harus dipelajari dan ditandatangani, kalau tidak selesai nanti anggota terlambat gajiannya,” demikian celetuk sosok bersahaja yang ada di hadapan Koranriaunet, beberapa waktu lalu.

Sosok yang dimaksud adalah Kapolres Indragiri Hulu (Inhu) Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Arif Bastari SIK SH MH. Sekilas, tampak aktivitasnya sangat sibuk. Namun ini hanya sebahagian kecil dari rutinitas AKBP Arif Bastari SIK SH MH yang baru beberapa bulan dipercaya untuk memimpin Polres Inhu.

Sejak dipercaya menggantikan Kapolres Inhu sebelumnya AKBP Abas Basuni SIK, yang juga kembali diamanatkan oleh pimpinan untuk memimpin Polres Bengkalis, AKBP Arif Bastari berupaya untuk menjalankan kerjanya dengan sepenuh hati.

Buah dari itu semua berhasil diraih. Polres Inhu pun berhasil meraih peringkat pertama sebagai Polres di lingkup Polda Riau yang berhasil menjalankan program andalan Polri dibawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, yakni Promoter (Profesional, Modern, Terpercaya). Polres Inhu menjadi yang terbaik pada semester pertama tahun 2017 ini.

Ia bersyukur prestasi itu dapat diraih Polres Inhu, tempat dimana dirinya untuk pertama kali diamanahkan memimpin Polres. “Terima kasih kepada pimpinan yang memberikan kepercayaan tersebut. Amanah yang diberikan harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin, selaras dengan program Kapolri yang terbingkai dalam program Promoter,” ungkapnya.

“Saya berharap semoga Allah SWT memberikan kemudahan dalam melaksanakan tugas baru ini dan segenap komponen masyarakat khususnya wilayah hukum Polres Inhu dapat bersinergi untuk menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif,” tambahnya lagi.

Kapolres Inhu AKBP Arif Bastari SIK SH MH menerima penghargaan atas prestasi Polres Inhu menjadi yang terbaik dalam pelaksanaan Program Promoter Kapolri Semester Pertama Tahun 2017 dari Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, beberapa waktu lalu.

Bagi Arif Bastari, menjadi seorang pemimpin merupakan suatu tanggungjawab besar bagi siapapun yang mengembannya, dan pemimpin juga harus bisa menjadi teladan bagi para bawahannya. “Perilaku baik buruknya anggota pun bisa tergantung daripada pemimpinnya,” kata polisi berpangkat melati dua ini.

Untuk itulah Arif Bastari selalu berusaha semangat melakukan yang terbaik sebagai bukti dedikasi pada pekerjaannya. Semangat pantang menyerah itu, ucapnya, didapat dari kedua orang tuanya, yakni ayah Abbas Saleh dan ibu Gusti Arpiah. Kedua orangtua Arif, sejak dulu selalu mengajarkan untuk tidak mudah patah semangat melanjutkan perjuangan.

Sedikit diulasnya tentang masa lalunya untuk masuk ke institusi Polri tersebut. Diakui Arif Bastari, sejak dirinya tamat dari bangku SLTA sederajat tahun 1993 silam, ia sama sekali tak menyangka akan berprofesi sebagai polisi. Apalagi Arif bukanlah anak dari keluarga yang latar belakangnya merupakan anggota kepolisian. Ayahnya merupakan salah seorang pensiunan BUMN Pertamina Pangkalan Susu, Sumatera Utara (Sumut).

“Setelah saya tamat dari SLTA, yang ada di pikiran saya pada saat itu hanya bagaimana saya dapat melanjutkan bangku pendidikan dengan basic dibiayai oleh negara. Contohnya STAN, IPDN dan AKABRI. Tekad ini bermodalkan piagam serta penghargaan yang telah saya dapat semasa waktu duduk di bangku sekolah,” ujarnya.

Ketiga institusi tersebut pun dicobanya satu persatu. Awalnya dimulai dengan mencoba mendaftarkan diri masuk IPDN dan STAN. Namun takdir berkata lain. Arif Bastari saat itu belum mendapat rezeki sebagaimana yang diinginkannya agar dapat masuk ke dalam dua kampus ternama tersebut. Padahal ia sangat berharap bisa jebol dengan tujuan mengurangi beban dan tanggungjawab orangtua. Pasalnya, pasca dirinya tamat dari SLTA, orang tuanya sudah pensiun dari Pertamina.

“Saya sempat merasa kecewa karena saya tidak dapat berhasil masuk ke dalam institusi sebagaimana yang saya inginkan,” cerita suami dari Ratih Fadma Sari ini.

Namun dirinya terus disemangati oleh orangtua ketika itu. Kepadanya disampaikan untuk tidak patah semangat melanjutkan perjuangan. Ia pun disarankan masuk ke dalam institusi Polri. “Orangtua sayalah yang kembali memberikan dukungan moral kepada saya agar saya tetap semangat untuk melanjutkan perjuangan meniti masa depan dengan harapan cerah, sebagaimana umumnya para orangtua menginginkan anak-anaknya sukses, baik dalam keluarga maupun pekerjaan,” kata Arif.

Memang tak lama setelah dirinya gagal masuk IPDN dan STAN, ada informasi penerimaan masuk dalam institusi Polri, lewat jalur AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). “Mendapat informasi tersebut saya pun mempersiapkan diri saya, baik secara mental maupun akademi. Saya pun mulai mengikuti bimbel (bimbingan belajar, red) serta melatih diri dengan mengikuti berbagai macam jenis olahraga, dengan harapan dapat diterima di AKABRI, serta dapat membanggakan orangtua saya,” bebernya.

Usai mempersiapkan diri, Arif pun berangkat ke Jakarta untuk mengikuti seleksi masuk ke dalam institusi Polri, atau yang dikenal AKABRI pada saat itu. Semua juga atas restu, nasehat serta doa orangtuanya.

Tahap demi tahap pun dilewatinya untuk mengikuti berbagai macam tes penerimaan anggota Polri, diantaranya administrasi, akademik, psikotes, hingga kesehatan jasmani dan rohani.

“Syukur alhamdulilah, setelah saya mengikuti proses yang sangat panjang dan melelahkan, yang disupport perjuangan, didikan dan doa orangtua, saya pun dipanggil untuk masuk ke dalam institusi Polri (AKABRI, red),” ujar ayah dari Razin Khairon Bastari dan Azzahra Nabila Sari Bastari tersebut.

Usai menerima pendidikan di Akademi Kepolisian, dirinya pun kemudian resmi menyandang status anggota Polri, berpangkat Ipda, pada tahun 1997. Dan saat pertama bertugas, dirinya dipercaya duduk di Korps Brimob. Arif ditugaskan di Korps Brimob hingga tahun 2006, atau setelah dirinya diamanahkan menjadi Kasat Intelkam Polresta Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Sebelumnya Arif merupakan Dankie I Brimob Polda Kepri.

Provinsi Kepri memang menjadi tempat bertugas yang paling lama bagi Arif Bastari sejauh ini. Kurang sekitar 10 tahun tugasnya di kepolisian dihabiskan di provinsi pemekaran dari Riau ini. Di jajaran Polda Kepri, Arif Bastari memegang berbagai macam jabatan, baik itu di Intelkam, di Ditnarkoba hingga di Polair.

Makanya, perjalanan karirnya pun dilewati dengan berbagai macam kasus. Sejumlah pengungkapan kasus berhasil dilakukannya, seperti kasus pengoplosan beras ribuan ton yang dilakukan mafia-mafia pengoplos beras di wilayah hukum Polda Kepri di Batam. Pelaku pun berhasil dihukum atau P21.

Sepak terjang pengungkapan kasus juga dilakukannya di jajaran Polda Riau, saat dipercaya menjabat Kasubditgakum Ditpolair Polda Riau. Dimana pada awal Juli-September 2016 lalu berhasil dipecahkan kasus ‘pencucian’ berbagai macam jenis barang elektronik, seperti handphone dengan berbagai merek tanpa ada bea cukai (ilegal). Barang-barang tersebut berasal dari negara tetangga yang dikirim melalui Pelabuhan Batam serta disebarluaskan ke Provinsi Riau melalui jalur air. Sindikat ini menggunakan pelabuhan tikus sepanjang perairan Provinsi Riau-Batam.

“Dari hasil pengungkapan kasus tersebut kita berhasil mengamankan barang bukti berupa 13 ribu handphone berbagai macam jenis yang tidak menggunakan bea cukai serta surat-surat kepemilikan yang sah,” terangnya. Alhasil, kasus tersebut pun berhasil diungkap serta masuk dalam tahap P21, dan para pelaku dihukum sebagaimana mestinya.

Kapolres Inhu AKBP Arif Bastari SIK SH MH bersama keluarga.

Promoter, Just 5 Minutes dan Bhabinkamtibmas

Kedepan, bersama Polres Inhu, AKBP Arif Bastari akan terus melaksanakan program Promoter yang sudah diamanatkan. Menurut Arif program Promoter atau Profesional, Modern dan Terpercaya yang dicetuskan oleh Kapolri ini merupakan program yang sangat luar biasa. Profesional yang dimaksud adalah menuntut setiap anggota kepolisian profesional dimanapun berada, baik itu di kampung dan di kota.

“Bagaimanapun profesionalitas haruslah dijunjung tinggi di wilayah kerja kita dan dilaksanakan, bagaimana kita dapat profesional kita perlu latihan dan edukasi, bahkan dikirim ke wilayah luar untuk melatih profesional tersebut,” tutur Arif Bastari.

Sementara itu, Modern, disesuaikan dari anggaran itu sendiri, dan budaya yang selalu mengedepankan kegiatan teknologi dan quick respons. Dengan harapan, masyarakat dapat lebih paham dan lebih mengerti tentang pelaporannya, dan dapat selesai. Sementara, polisi yang berada di lokasi terdekat dapat langsung melayani masyarakat. Jadi ini berkaitan dengan teknologi, dengan harapan masyarakat yang menjadi objek tersebut.

“Contoh, ketika masyarakat dapat masalah, baik itu Curas, Curat, Curanmor (C3), bisa saja satu HP dapat berdering secara serentak jika mendapat kejadian kriminalitas pada masyarakat, dan nantinya para petugas juga akan berkoordinasi dengan cepat untuk datang ke tempat kejadian perkara,” jelasnya.

“Jadi kalau lah sudah Modern, masyarakat pun akan tenang dan tidak lagi ada stigma dari masyarakat yang mengatakan bahwa ‘polisi selalu datang terlambat’ jika terjadi suatu masalah baik kriminalitas, dan gangguan Kamtibmas,” ujarnya lagi.

Lalu Terpercaya. Menurut AKBP Arif Bastari, hal ini berkaitan tentang kualitas daripada anggota tersebut. Jikalau kualitas anggota kepolisian sudah tidak ada, maka masyarakat tidak lagi akan percaya. “Kualitas ada 3 yang perlu diketahui oleh anggota kepolisian, yakni pengetahuan, kemampuan atau skill, dan perilaku atau attitude,” ucapnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, polisi juga harus dituntut untuk memperoleh rasa kepercayaan daripada masyarakat agar yang nantinya dapat diharapkan tidak adanya gangguan Kamtibmas.

Ketika ketiga pola Promoter ini sudah ditekuni dalam kehidupan sehari-hari anggota Polri, maka semua akan berjalan dengan baik. Namun jika salah satu saja berkurang dari ketiga itu, maka hal tersebut tidak akan dapat dicapai oleh anggota Polri dan tidak berimbang.

Terlepas dari program Promoter Kapolri, Kapolres Inhu AKBP Arif Bastari SIK SH MH juga menekunkan program kerja miliknya, yakni sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba di tengah-tengah masyarakat. Karena tak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia sudah masuk kategori darurat narkoba.

Program unggulan Kapolres Inhu ini bernama ‘Just Five Minute’ atau Hanya Lima Menit. AKBP Arif Bastari SIK SH MH percaya kalau cara yang lebih tepat untuk memutuskan tali peredaran narkoba, dengan cara sosialisasi ke sekolah-sekolah dan kampus, dengan menyisipkan waktu ‘Hanya 5 Menit’, sebelum dan sesudah memulai jam pelajaran.

“Tidak mengedepankan penegakan hukum bagi para pengguna, tapi justru lebih mengedepankan sosialisasi ke pada seluruh lapisan masyarakat. Lewat program tersebut anggota Polri dituntut untuk meyakinkan bahwa jika mengkonsumsi narkoba maka semua dapat rusak, baik daripada materil, hingga pada moral,” ujarnya.

Kapolres Inhu AKBP Arif Basatari berinteraksi langsung dengan masyarakat didampingi istri tercinta saat pembagian takjil gratis.

Tidak sampai disitu, dirinya juga menjelaskan program unggulan lainnya melalui Bhabinkamtibmas. Polres Inhu akan lebih mengoptimalkan peran Bhabinkamtibmas. Bahkan, lanjut Kapolres, pihaknya akan memberikan reward bagi para anggota Bhabinkamtibmas yang berprestasi. Diharapkan nantinya mereka akan termotivasi bekerja dengan natural. Para Bhabinkamtibmas yang merupakan ujung tombak pelayanan Polri di masyarakat, setiap bulan akan dikumpulkan untuk dievaluasi hasil kinerjanya.

Ia sangat mengapresiasi kerja Bhabinkamtibmas yang baik, apalagi jika sampai dapat ‘mencuri’ hati masyarakat. Dicontohkannya salah satu anggota kepolisian yang berhasil melakukan itu di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

“Salah satu anggota kepolisian yang bertugas di Indramayu, Provinsi Jawa Barat, saking baiknya kepada masyarakat, dirinya diberangkatkan haji oleh masyarakat, dengan cara mengumpulkan dana dari masyarakat itu sendiri,” ujarnya.

Hal inilah yang mestinya ditekankan para anggota Polri, sehingga diharapkan kelihatan kerja nyata dari anggota kepolisian tersebut kepada masyarakat. “Jikalau masyarakat sudah menaruh rasa simpatinya kepada kepolisian maka saya rasa sudah tidak lagi ada gangguan Kamtibmas, dan rasa saling percaya pun akan terbangun antara anggota Polri dan masyarakat,” harapnya. (Jason/KRN)

  • Bagikan